Selamat Datang di Blog Biologi SMAN 46 Jakarta

Blog ini ditujukan secara khusus bagi seluruh siswa/i SMAN 46 Jakarta. Namun siapa saja dipersilahkan untuk mengambil apa yang berguna dari blog ini. Semoga bermanfaat dan turut memajukan pendidikan di Indonesia.

Penerapan Metode Pembelajaran Abad 21

Pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran yang mempersiapkan generasi abad 21. Setidaknya ada empat yang harus dimiliki oleh generasi abad 21, yaitu: ways of thingking, ways of working, tools for working, and skills for living in the word.

Pembelajaran Menyenangkan

Pembelajaran yang menyenangkan ( joyful learning ) adalah pembelajaran yang dapat dinikmati siswa. Siswa merasa nyaman, aman dan asyik. Perasaan yang mengasyikan mengandung unsur inner motivation, yaitu dorongan keingintahuan yang disertai upaya mencari tahu sesuatu.

Belajar Sepanjang Hayat

Belajar hingga sepanjang hayat. Mensabari semua proses dan kesulitan-kesulitan dalam belajar sebagai proses pendewasaan dan pencerdasan diri. Meyakini bahwa bersamaan dengan kesulitan yang ada selalu ada kemudahan.

Belajar Sebagai Ibadah

Menjadikan semua proses belajar dan ilmu yang sudah dimiliki sebagai sarana beribadah menuju kepada Tuhan Yang Maha Esa

Recent Posts

Minggu, 20 Desember 2015

Tentang Ujian

BismiLlahirrohmaanirrohiim.

Rizqi kita sudah tertulis di Lauhul Mahfuzh. Mau diambil dari jalan halal ataupun haram, dapatnya segitu juga. Yang beda rasa berkahnya.

Ngalah mungkin bukan berasal dari kata kalah, melainkan Allah. Dibentuk jadi ng-Allah. Artinya: bersandar & menyerahkan urusan pada Allah;)

Berdoa bukanlah cara memberitahu Allah akan apa yang kita perlukan. -Dia Maha Tahu-. Doa adalah menghabiskan waktu penuh makna bersamaNya.

Sungguh beda antara yakin dan naif. Yakin adalah semangat hati yang membersamai kebenaran. Naif adalah hawa nafsu yang dicarikan pembenaran.

Sederhana itu memperindah semua. Yang miskin jadi kaya. Yang kaya jadi mulia. Yang jelata dipercaya. Yang berkuasa, dicinta

Jika kita merasa bahwa semua orang punya masalah dengan kita, tidakkah kita curiga bahwa diri kita inilah masalahnya?

Berbahagialah orang yang berhasil menyembunyikan ibadahnya dari manusia, tetapi mampu menampakkan bekasnya berupa akhlaq mulia pada sesama.

Setiap orang akan mati di atas apa yang dia biasakan hidup padanya. Maka sekecil apapun kebaikan sangat berharga untuk diistiqamahkan.

Kebenaran hanya cantik, bila bersanding dengan kerendahan hati. Kebaikan hanya manis, jika dibersamai ketulusan jiwa. Itulah kebijaksanaan.

Orang baik tak perlu banyak menceritakan diri. Sebab yang mencinta tak memerlukannya. Sebab yang membenci takkan percaya. Cukup Allah saja:)

Jadi kupu-kupu; menarikan kecantikan tapi usianya pendek. Atau kura-kura; umur panjang sebab sembunyi dalam cangkang. Kadang harus memilih;)

Tiada orang baik yang tak punya masa lalu. Tak ada orang jahat yang tak punya masa depan. Saling menghargailah kita. Setelah itu, istiqamah.

Dendam itu racun yang kita tenggak sendiri, lalu kita berharap orang lain yang mati. Memaafkan adalah penawarnya wink emotikon

Tak ada harta yang bisa kita bawa saat mati. Maka benar bahwa kekayaan tak terletak pada apa yang kita punya, melainkan apa yang kita bagi.

Dunia itu kendaraan. Jika kau yang mengendarainya, ia mengantarmu sampai tujuan. Jika ia yang mengendaraimu, hancur badan dan kehormatan.

Cantik (fisik) itu relatif. Tapi jelek (akhlaq) itu absolut. ;P

Pandai, tampan, shalih itu mempesona. Tapi mengunjuk-unjukkan pada sesama bahwa kita pintar; kita rupawan; atau kita bajik pasti memuakkan.

Jangan mengalir meniti hidup, sebab aliran selalu menuju tempat rendah. Bersayaplah, mendakilah, meloncatlah. Meninggilah walau menyesakkan!

Kita berburuk sangka pada saudara, sebab kita merasa bahwa andai berada dalam kedudukannya, diri ini juga akan berbuat jelek. Jadilah baik;)

Banyak hal yang tak kita minta, tapi Allah tak pernah alpa memberikannya. Maka pada apa yang kita mohon, bersiaplah mendapat lebih dariNya.

Allah selalu menjawab doa kita. Tapi kadang jawabnya ialah: Tidak hambaKu. Aku punya anugerah yg lebih baik untukmu dari yg kau minta itu.

Jika satu perintah Allah terasa berat bagi kita, cara membuatnya jadi ringan adalah dengan melaksanakannya. Selamat berkarya!:)

Tiap penghalang di jalan kehidupan tertakdir ada untuk satu alasan sederhana: Mengetahui sebesar apa tekad kita untuk melampauinya

Jika kau merasa bahwa segala di sekitarmu gelap, tidakkah kau curiga bahwa dirimulah yang dikirim Allah untuk jadi cahaya bagi mereka?

Sabar adalah bentuk kesyukuran menghadapi nikmat yang bernama musibah. Syukur adalah bentuk kesabaran menghadapi musibah yang bernama nikmat

Orang yang paling tidak menarik bagi sesama adalah dia yang memikirkan dirinya sendiri. Di situlah dimulainya segala penderitaan

Yang disebut NIKMAT, adalah yang bisa dinikmati. Yang disebut RIZQI adalah yang mengalir masuk-keluar. Bukan yang terkumpul dalam simpanan.

Barakah itu bukan soal APA yang diberikan Allah. Melainkan soal BAGAIMANA Dia mengulurkannya. Dengan senyum ridha ataukah dilempar murka?

Berani hidup tak takut mati. Takut mati, jangan hidup. Takut hidup, mati saja. Selamat berjuang!:)

Rabbi, Kau uji aku dengan nikmat lalu aku bisa bersyukur, lebih aku sukai daripada Kau uji aku dengan musibah lalu aku harus bersabar

Melihat spion itu perlu. Tapi sesekali saja. Merenungi masa lalu itu niscaya. Tapi jangan sampai ia membelenggu kita. Sebab aib kita tak tertanda secara zhahir di wajah, sesama masih berbaiksangka. Mari mensyukuri itu dengan berjuang menjadi orang baik.

Jika peluang maksiat yang gagal diambil masih kita sedihkan, itu penanda ada bagian hati yang harus dirawat inap;)

Kekhawatiran tidak menjadikan bahayanya membesar. Hanya diri kita yang mengerdil. Tenanglah bersama Allah;)

Selama di dunia, Allah tugaskan kita sebagai saksi dan da’i. Dengan itu kita menyiapkan diri agar di akhirat menjadi terdakwa yang baik.

Dulu:setetes air hina, dirubung lalat jika tercecer. Kelak:seonggok jijik, busuk, melendir. Kini:kesana-sini bawa kotoran. Mau sombong?:-)

Mereka sm2 dlm air, sm2 di depan pemandangan taman laut yg indah. Tapi beda: 1 tenggelam, 1 menyelam. Jadilah penyelam di laut kehidupan;)

Baik berduka ataupun terlalu gembira, kita bisa menangis. Sama juga, baik berbahagia ataupun bersedih hati, kita bisa tersenyum. Senyumlah;)

Sebab kita tak tahu ke mana takdir membawa, cara mensyukuri ketidaktahuan itu adalah dengan merencanakan & mengupayakan yang terbaik ‪#‎Takdir‬

Dia memberitahu, bahwa kitapun tak bersih dari dosa. Bahkan ia bisa mulia dengan taubatnya, sedang kita terdosa dengan mencemoohnya

Layang-layang justru bisa terbang saat melawan angin. Jangan gentar saat memang harus menentang. Tapi pastikan ada benang terhubung padaNya.

—–

Janganlah cinta akrab bagai awan dan hujan, merasa hiasi langit, suburkan bumi. Tapi terlambat menyadari bahwa hakikatnya saling meniadai

Janganlah cinta lekat bagai api & kayu, bersama menyala, menghangatkan rasanya. Tapi terlambat menginsyafi, tak tersisa selain debu dan abu

Sepertinya Iblis salah besar ketika mengatakan api lebih baik dari tanah. Sebab api segitu-gitu saja, sementara harga tanah membubung. ‪#‎Joke‬

Shalat yang lima, JUMAT KE JUMAT, Ramadhan ke Ramadhan adalah penghapus bagi dosa di antaranya, selama dijauhi dosa besar. (Muttafaq ‘Alaih)

Jika kau punya kawan, telah 3 kali marah padamu dan tahu aibmu, tapi tak pernah menjelekkanmu di depan orang, jadikan ia sahabat sejati ‪#‎DDU‬

Tempat paling aman untuk bersembunyi adalah ruang kejujuran. Tempat yang paling nyaman untuk lari adalah lapangan pertaubatan.

Tentu saja sinis tidak sama dengan kritis. Yang tak bisa membedakan keduanya akan kesulitan untuk dianggap berharga semua ucapannya.

“Alangkah susah cari kawan”, kata dia. Kujawab saja, “Mungkin kau mencari teman yang memberi. Kalau teman untuk diberi, aduh banyak sekali.”

Semakin sedikit kebaikan seseorang, makin banyak dia mengharapkan pujian. Semakin sedikit keburukannya, makin tegar dia akan celaan.

Jauh lebih mudah mendapat kawan dengan tertarik pada orang lain, daripada dengan mencoba membuat orang lain tertarik pada diri kita.

Berikan nasehat pada seseorang dalam sunyi dan rahasia. Sebab nasehat di tengah ramai terasa sebagai hinaan yang melukai. ‪#‎AsySyafi‬‘i

Menikahi orang yang dicintai, hanya kemungkinan. Mencintai orang yang dinikahi, jelas kewajiban. ‪

Jadilah kawan yang mengetahui kelemahan tapi menunjukkan kekuatan, mengenali ketidakmampuan tapi memberi kesempatan. Dunia akan takluk!

Iman tak menjamin kau selalu berlimpah dan tertawa. Iman hanya menjaminmu bisa merasakan kelembutan tanganNya pada apapun dera yang menimpa

Bicara benar di waktu tepat itu tak mudah. Lebih sulit lagi, tak mengatakan yang keliru di saat paling menggoda untuk mengucapkannya.

Kerjakan yang semestinya kita kerjakan. Sebab jika tidak, kita akan mendapat kesulitan yang semestinya tidak kita dapatkan.

Berdirimu di waktu malam, sujudmu yang dalam, mengokohkan hatimu melebihi gunung membiru. Lalu kau terima beban tuk mencintai semesta. ‪#‎Nabi‬

Rabbi, Kau uji aku dengan nikmat lalu aku bisa bersyukur, lebih aku sukai daripada Kau uji aku dengan musibah lalu aku harus bersabar.

Sumber :

TWITTER SALIM A FILLAH

(Penulis Buku JaLan Cinta Para Pejuang, dll)

Sabtu, 12 Desember 2015

Tentang Amanah

Sejatinya, amanah itu…

bukan karena kamu mampu. bukan pula karena mereka merasa kamu mampu.

bukan karena kamu tahu kapasitasmu. bukan pula karena mereka tahu kapasitasmu. Dan jangan sampai pula karena kemauanmu.

Amanah itu. kehendak Allah atas kehidupanmu.

Bahkan sekiranya semua orang di sekitarmu berhimpun untuk menjauhkanmu dari amanah itu, jika Allah tahu yang terbaik bagimu, maka ia berikan amanah itu kepadamu.

bahkan sekiranya semua orang disekitarmu bersepakat menyatakan bahwa kamu tidak mampu, jika Allah tahu amanah itu jalan terbaik untuk meningkatkan kapasitas dirimu, maka ia berikan amanah itu kepadamu.

bahkan sekiranya semua orang disekitarmu berupaya maksimal agar seseorang yang bukan dirimu yang mengemban amanah itu, jika Allah ingin mendidikmu dengan amanah itu, maka ia berikan amanah itu kepadamu.

bahkan sekiranya seluruh aibmu seketika memenuhi fikiranmu dan membuatmu berhenti melangkah karena ragu, jika Allah tahu amanah itu akan membuatmu menjadi hamba yang semakin baik dan semakin dekat dengan-Nya, maka amanah itu akan Dia berikan kepadamu.

Percayalah, ada rencana terbaik yang sudah Allah persiapkan, sikapilah dengan ikhtiar terbaik yang kamu lakukan, serta pertanggungjawaban terbaik yang bisa kamu persiapkan.

Sekali lagi, ini bukan tentang kamu dan mereka. ini tentang kamu dan Dia.

dan melangkahlah dengan percaya, bahwa bersama-Nya, semua akan baik-baik saja.

Rabu, 07 Oktober 2015

Renungan Bagi Guru


Kata Pengantar Pembukaan Kuliah Perdana Magister Pendidikan Biologi UNJ angkatan keempat.
Oleh Dr. Yulia Irnidiyanti, M.Si (Ka.Prodi Magister Pendidikan Biologi UNJ) & Dr. Suwirman Nuryadin, M.Pd

Bagaimanakah keadaan pendidikan di Indonesia saat ini? Pendidikan di Indonesia saat ini sudah sampai taraf terbawah dibandingkan negara-negara yang lain (Indonesia sudah bukan level low lagi, tetapi lower, bahkan lowest). Banyak yang menyebabkan hal ini terjadi. Salah satu faktor diantaranya adalah lemahnya kreativitas guru dalam mengajar, memilih strategi mengajar yang tepat, dan lain sebagainya dimana itu berpusat pada guru. Sesungguhnya Anak-anak Indonesia tidak kalah cerdas dengan anak-anak negara lain. Semua anak terlahir dengan potensi cerdas dan jenius. Nilai IQ BJ. Habibie mencapai 200 sedangkan Albert Einstein hanya 164. Jadi bukanlah karena faktor inteligensi anaknya, akan tetapi bagaimana sang guru dapat menyajikan materi pembelajaran dengan baik.

Mengajar bukanlah pekerjaan yang mudah. Seseorang yang bertitel akademis yang tinggi tidak selalu dapat bisa mengajar dengan mudah. Perlu ilmu tentang pendidikan/cara mendidik baik yang agar seseorang dapat mentransfer ilmu yang dimilikinya.
Seorang guru harus terus menerus belajar dan meningkatkan segenap potensi yang dimilikinya. Tugas dan beban guru sangatlah berat. Sesungguhnya yang membangun negara ini adalah guru. Kapan mereka membangunnya? Semenjak usia dini (guru mengajar para penerus generasi negeri ini semenjak usia dini). Karena itu untuk para guru, berusahalah yang keras, semuanya tidak ada yang gratis.

Guru juga harus bisa menulis. Buatlah riset yang bagus. Upayakan juga membuat riset yang dapat menjadi decision maker bagi para stake holder. Buatlah produk jangan melulu PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Dan juga ingatlah tulisan kita akan dibaca oleh anak dan cucu kita. Malulah kita pada mereka jika ternyata riset kita tidak ada apa-apanya (tidak berkualitas). Mulailah kita mensejajarkan diri kita di taraf internasional. Mulailah mempublikasikan riset dan tulisan kita di forum internasional.

Para guru hentikanlah perdebatan mengenai kisruh kurikulum yang selalu bergonta-ganti. Sesungguhnya kurikulum satu dengan yang lainnya hampir sama esensi di dalamnya. Fokuslah pada kemampuan anda dalam mengajar.

Faktor lain yang menyebabkan keterpurukan pendidikan Indonesia adalah mengenai sistemnya. Dahulu bangsa kita pernah mengekspor guru ke Malaysia. Akan tetapi kini kita jauh terpuruk di Malaysia. Wajarlah jika Malaysia mengungguli kita karena kebijakan pemerintah Malaysia sangat mendukung sekali warga negaranya untuk belajar. Sebagai perbandingan adalah program beasiswa sekolah lanjut bagi para sarjana antara Indonesia dengan Malaysia. Di Indonesia program beasiswa diberikan dengan persyaratan yang sangat beragam dan sangat mengeliminir pendaftarnya seperti pembatasan umur penerima beasiswa tidak boleh lebih dari 24 tahun. Sedangkan di Malaysia pemerintahnya hanya bertanya; “Siapa yang mau lanjut sekolah lagi? Kami akan biayai” tanpa menanyakan umur dan tanpa menerapkan persyaratan-persyaratan yang rumit dan sempit. Kuota yang diberikan pun juga sangat jauh berbeda. Indonesia hanya membuka keran beasiswa sekitar 50.000 orang sedangkan Malaysia di periode yang sama membuka keran beasiswa sebanyak 300.000 bagi warga negaranya untuk kuliah lanjut baik ke dalam maupun ke luar negeri.

Begitu pula mengenai dana riset Indonesia pun terkesan pelit dan tidak memprioritaskan. Penemu teknologi 4G LTE adalah warga negara Indonesia lulusan Jepang. Ia pernah menawarkan teknologi ini ke Indonesia, akan tetapi Indonesia menolaknya. Sehingga akhirnya ia patenkan teknologi ini di Jepang.

Mari kita belajar juga dari Jepang. Sesaat setelah Jepang di Bom Atom Kaisarnya hanya bertanya tiga hal; “berapa jenderal yang mati? Berapa prajurit yang tewas? Berapa guru YANG MASIH HIDUP?” Pertanyaan terakhir sang Kaisar adalah pertanyaan visioner untuk membangkitkan kembali negara yang sudah porak-poranda. Akhirnya semuanya terbukti, Jepang mampu mengalahkan Amerika. Tidak di bidang senjata dan peperangan, tetapi dibidang teknologi dan ekonomi.

Tidak ada yang kebetulan atas kehadiran bapak/Ibu guru di sini (program magister pendidikan). Ada rahasia dan amanah Illahi atas kehadiran bapak/Ibu guru di program ini. Pahami itu dan maknailah secara mendalam. Kematian ilmuwan adalah merupakan kerugian yang sangat besar bagi semua orang.

NB: Ditulis ulang berdasarkan notulensi tulisan tangan yang sederhana. Diedit dengan bahasa seperlunya agar memudahkan dipahami.

Jumat, 10 Juli 2015

Nafsu Tersembunyi

NAFSU TERSEMBUNYI

Beberapa pakar sejarah Islam meriwayatkan sebuah kisah menarik. Kisah Ahmad bin Miskin, seorang ulama abad ke-3 Hijriah dari kota Basrah, Irak.

●●●●

Menuturkan lembaran episode hidupnya, Ahmad bin Miskin bercerita:

Aku pernah diuji dengan kemiskinan pada tahun 219 Hijriyah. Saat itu, aku sama sekali tidak memiliki apapun, sementara aku harus menafkahi seorang istri dan seorang anak. Lilitan hebat rasa lapar terbiasa mengiringi hari-hari kami.

Maka aku berazam untuk menjual rumah dan pindah ke tempat lain. Akupun berjalan jalan mencari orang yang bersedia membeli rumahku.

Bertemulah aku dengan sahabatku Abu Nashr dan kuceritakan kondisiku. Lantas, dia malah memberiku 2 lembar roti isi manisan dan berkata: "berikan makanan ini kepada keluargamu."

Di tengah perjalanan pulang, aku berpapasan dengan seorang wanita fakir bersama anaknya. Tatapannya jatuh di kedua lembar rotiku. Dengan memelas dia memohon:

"Tuanku, anak yatim ini belum makan, tak kuasa terlalu lama menahan siksa lapar. Tolong beri dia sesuatu yang bisa dia makan. Semoga Allah merahmati Tuan."

Sementara itu, si anak menatapku polos dengan tatapan yang takkan kulupakan sepanjang hayat. Tatapan matanya menghanyutkan akalku dalam khayalan ukhrawi, seolah-olah surga turun ke bumi, menawarkan dirinya kepada siapapun yang ingin meminangnya, dengan mahar mengenyangkan anak yatim miskin dan ibunya ini.

Tanpa ragu sedetikpun, kuserahkan semua yang ada ditanganku. "Ambillah, beri dia makan", kataku pada si ibu.

Demi Allah, padahal waktu itu tak sepeserpun dinar atau dirham kumiliki. Sementara di rumah, keluargaku sangat membutuhkan makanan itu.
Spontan, si ibu tak kuasa membendung air mata dan si kecilpun tersenyum indah bak purnama.
Kutinggalkan mereka berdua dan kulanjutkan langkah gontaiku, sementara beban hidup terus bergelayutan dipikiranku.

Sejenak, kusandarkan tubuh ini di sebuah dinding, sambil terus memikirkan rencanaku menjual rumah.
Dalam posisi seperti itu, tiba tiba Abu Nashr terbang kegirangan mendatangiku.

"Hei, Abu Muhammad! Kenapa kau duduk duduk di sini sementara limpahan harta sedang memenuhi rumahmu?", tanyanya.

"Subhanallah....!", jawabku kaget. "Dari mana datangnya?"
"Tadi ada pria datang dari Khurasan. Dia bertanya tanya tentang ayahmu atau siapapun yang punya hubungan kerabat dengannya. Dia membawa berduyun-duyun angkutan barang penuh berisi harta", ujarnya.
"Terus?", tanyaku keheranan.
"Dia itu dahulu saudagar kaya di Bashrah ini. Kawan ayahmu. Dulu ayahmu pernah menitipkan kepadanya harta yang telah ia kumpulkan selama 30 tahun. Lantas dia rugi besar dan bangkrut. Semua hartanya musnah, termasuk harta ayahmu.

Lalu dia lari meninggalkan kota ini menuju Khurasan. Di sana, kondisi ekonominya berangsur-angsur membaik. Bisnisnya melajit sukses. Kesulitan hidupnya perlahan lahan pergi, berganti dengan limpahan kekayaan.
Lantas dia kembali ke kota ini, ingin meminta maaf dan memohon keikhlasan ayahmu atau keluarganya atas kesalahannya yang lalu.

Maka sekarang, dia datang membawa seluruh harta hasil keuntungan niaganya yang telah dia kumpulkan selama 30 tahun berbisnis. Dia ingin berikan semuanya kepadamu, berharap ayahmu dan keluarganya berkenan memaafkannya."

Mengisahkan awal episode baru hidupnya, Ahmad bin Miskin berujar :
"Kalimat puji dan syukur kepada-Nya berdesakan meluncur dari lisanku. Sebagai bentuk syukurku, segera kucari wanita faqir dan anaknya tadi. Aku menyantuni dan menanggung biaya hidup mereka seumur hidup.

Aku pun terjun di dunia bisnis seraya menyibukkan diri dengan kegiatan sosial, sedekah, santunan dan berbagai bentuk amal salih. Adapun hartaku, dia terus bertambah ruah tanpa berkurang.

Tanpa sadar, aku merasa takjub dengan amal salihku. Aku merasa, telah mengukir lembaran catatan malaikat dengan hiasan amal kebaikan. Ada semacam harapan pasti dalam diri, bahwa namaku mungkin telah tertulis di sisi Allah dalam daftar orang orang shalih.

●●●

Suatu malam, aku tidur dan bermimpi.
Aku lihat, diriku tengah berhadapan dengan hari kiamat.

Aku juga lihat, manusia bagaikan ombak, bertumpuk dan berbenturan satu sama lain.

Aku juga lihat, badan mereka membesar. Dosa dosa pada hari itu berwujud dan berupa, dan setiap orang memanggul dosa dosa itu masing-masing di punggungnya.

Bahkan aku melihat, ada seorang pendosa yang memanggul di punggungnya beban besar seukuran KOTA (kota tempat tinggal, pent), isinya hanyalah dosa-dosa dan hal hal yang menghinakan.

Kemudian, timbangan amal pun ditegakkan, dan tiba giliranku untuk perhitungan amal.
Seluruh amal burukku ditaruh di salah satu daun timbangan, sedangkan amal baikku di daun timbangan yang lain. Ternyata, amal burukku jauh lebih berat daripada amal baikku.

Tapi ternyata, perhitungan belum selesai. Mereka mulai menaruh satu persatu berbagai jenis amal baik yang pernah kulakukan.

Namun alangkah ruginya, ternyata dibalik semua amal itu terdapat NAFSU TERSEMBUNYI. Nafsu tersembunyi itu adalah riya, ingin dipuji, merasa bangga dengan amal shalih. Semua itu membuat amalku tak berharga. Lebih buruk lagi, ternyata tidak ada satupun amalku yang lepas dari nafsu nafsu itu.

Aku putus asa.
Aku yakin aku akan binasa.
Aku tidak punya alasan lagi untuk selamat dari siksa neraka.

Tiba-tiba, aku mendengar suara, "masihkah orang ini punya amal baik?"
"Masih", jawab seseorang. "Masih tersisa ini."
Aku pun penasaran, amal baik apa gerangan yang masih tersisa?

Aku berusaha melihatnya. Ternyata, itu HANYALAH dua lembar roti isi manisan yang pernah kusedekahkan kepada wanita fakir dan anaknya.

Habis sudah harapanku.
Sekarang aku benar benar yakin akan binasa sejadi jadinya.

Bagaimana mungkin dua lembar roti ini menyelamatkanku, sedangkan dulu aku pernah bersedekah 100 dinar sekali sedekah (100 dinar = +/- 425 gram emas), dan itu tidak berguna sedikit pun. Aku merasa benar benar tertipu habis habisan.

Segera 2 lembar roti itu ditaruh di timbanganku. Tak kusangka, ternyata timbangan kebaikanku bergerak turun sedikit demi sedikit, dan terus bergerak turun sampai sampai lebih berat sedikit dibandingkan timbangan kejelekan.

Tak sampai disitu, tenyata masih ada lagi amal baikku. Yaitu berupa air mata wanita faqir itu yang mengalir saat aku berikan sedekah. Air mata tak terbendung yang mengalir kala terenyuh akan kebaikanku. Aku, yang kala itu lebih mementingkan dia dan anaknya dibanding keluargaku.

Sungguh tak terbayang, saat air mata itu ditaruh, ternyata timbangan baikku semakin turun dan terus turun. Hingga akhirnya aku mendengar seseorang berkata, "Orang ini telah selamat."

●●●

Adakah terselip dlm hati kita hawa nafsu ingin dilihat hebat oleh org lain pada amal-amal perbuatan kita?

Buang sekarang keinginan itu.. biarkan hanya untuk Allah saja. Karena segala sesuatu yang selain karena-Nya hanya tipuan kosong belaka.

istighfar..jua istighfar Dari istighfar

Jumat, 05 Juni 2015

Hikmah Dalam Harta

RENUNGAN HARI INI

Buat para pencari nafkah keluarga:

"Mungkin kau tak tahu dimana rizqimu. Tapi rizqimu tahu dimana engkau. Dari langit, laut, gunung, & lembah; Rabb memerintahkannya menujumu.

Allah berjanji menjamin rizqimu. Maka melalaikan ketaatan padaNya demi mengkhawatirkan apa yang sudah dijaminNya adalah kekeliruan berganda.

Tugas kita bukan mengkhawatirkan rizqi atau bermuluk cita memiliki; melainkan menyiapkan jawaban "Dari Mana" & "Untuk Apa" atas tiap karuniaNya.

Betapa banyak orang bercita menggenggam dunia; dia alpa bahwa hakikat rizqi bukanlah yang tertulis dalam angka; tapi apa yang dinikmatinya.

Betapa banyak orang bekerja membanting tulangnya, memeras keringatnya; demi angka simpanan gaji yang mungkin esok pagi ditinggalkannya  (mati).

Maka amat keliru jika bekerja dimaknai mentawakkalkan rizqi pada perbuatan kita. Bekerja itu bagian dari ibadah. Sedang rizqi itu urusanNya.

Kita bekerja untuk bersyukur, menegakkan taat & berbagi manfaat. Tapi rizqi tak selalu terletak di pekerjaan kita; Allah taruh sekehendakNya.

Bukankah Hajar berlari 7x bolak-balik dari Shafa ke Marwa; tapi Zam-zam justru terbit di kaki Ismail, bayinya!!

Ikhtiar itu laku perbuatan. Rizqi itu kejutan. Ia kejutan untuk disyukuri hamba bertaqwa; datang dari arah tak terduga. Tugas kita cuma menempuh jalan halal; Allah lah yang melimpahkan bekal.

Sekali lagi; yang terpenting di tiap kali kita meminta & Allah memberi karunia; jaga sikap saat menjemputnya & jawab soalanNya, "Buat apa?"

Betapa banyak yang merasa memiliki manisnya dunia; lupa bahwa semua hanya "hak pakai" yang halalnya akan dihisab & haramnya akan di'adzab.

Dengan itu kita mohon "Ihdinash Shirathal Mustaqim"; petunjuk ke jalan orang nan diberi nikmat ikhlas di dunia & nikmat ridhaNya di akhirat. Bukan jalannya orang yg terkutuk apalagi jalan orang yang tersesat.

Maka segala puji hanya bagi Allah; hanya dengan nikmatNya-lah maka kesempurnaan menjadi paripurna".

Senin, 16 Maret 2015

Meniti Masa Meraih Asa

Meniti Masa Meraih Asa



Itulah hakekat dari perjalanan hidup. Waktu adalah bagian dari proses pembelajaran yang akan memberi banyak hal, bisa jadi mendewasakan kita atau malah meninabobokan lantaran kita kurang bisa mengambil pelajaran berharga dari waktu. 

Terkadang kita lupa bahwa waktu tidak akan pernah kompromi, ia akan terus berjalan namun selalu menyapa disetiap detik, menit, jam, hari, pekan, bulan dan tahun. Ia tersenyum kala kita kembali menyapa dan mengisinya  dengan segudang aktivitas yang bermanfaat. Iapun bahagia saat ia selalu disanding dengan sejuta  asa dan optimisme tuk meraih mimpi, bahkan ia begitu bahagia karena merasa dihargai dan bermanfaat bagi manusia. Sebaliknya ia akan bersedih disaat orang sudah tidak lagi mempedulikannya, bahkan menyia-nyiakannya seolah kehadirannya tidak berarti apa-apa bagi manusia, padahal kehadirannya begitu penting sampai-sampai Allah bersumpah demi dia.

Membuka memori masa lalu dengan cerita indah dan membahagiakan adalah cara tuk membangkitkan semangat akan terwujudnya mimpi indah dimasa yang akan datang. Memori tentang kesedihan masa lalupun akan menjadi pelajaran penting bahwa Allah masih memberi peluang agar kita men-setting ulang tuk tidak jatuh kedua kali. Waktu mengajarkan kepada kita bagaimana hidup dengan misi yang akan memupuk keyakinan tuk meraih asa. 

Begitulah al-qur’an mengajarkan pada kita hingga seperenam dari keseluruhan ayat bercerita tentang sejarah masa lalu dari perjalanan anak manusia dari generasi ke generasi. Waktu mengingatkan kita pada visi hidup dan cara menjalaninya. Waktu juga membuka cakrawala berfikir kita bahwa setiap yang berawal akan berakhir. Sejarah mencatat kehidupan orang sukses dengan mampu memahami bagaimana mengawali hidup dan mengakhirinya.

Nabi Ibrohim AS menjalani waktu hidupnya dengan tetap menjaga misi hidupnya, dengan bermodal keyakinan bahwa hidup adalah kehendak sang Pencipta, sehingga api menjadi dingin, atau nabi Yunus AS yang tetap hidup dalam ikan paus, atau Nabi Sulaiman yang tetap pada pendiriannya tuk menjadi hamba yang bersyukur disaat kekayaannya tidak ada yang dapat menimpalinya. Semua berawal dari memahami waktu sebagai given tuk bisa menjadi hamba terbaik. 

Pepatah arab mengatakan “engkau dilahirkan dalam keadaan menangis, sementara orang disekitarmu tersenyum gembira, maka laluilah hidupmu dan akhiri hidupmu dengan senyuman, sementara orang disekitarmu menangis sedih karena merasa kehilangan karya-karya besarmu”.
Tataplah masa depan dengan senyuman yang menyertai keyakinan, dan jangan pernah kehilangan asa karena hidup tanpa asa tidak akan bertahan lama. Lakukan yang terbaik dan bermanfaat tuk makhluk karena memang itulah tugas kita yang sesungguhnya. 


Cikarang, 22  Januari 2015
HM. Adih Amin, Lc. MA