Recent Posts

Senin, 16 Maret 2015

Meniti Masa Meraih Asa

Meniti Masa Meraih Asa



Itulah hakekat dari perjalanan hidup. Waktu adalah bagian dari proses pembelajaran yang akan memberi banyak hal, bisa jadi mendewasakan kita atau malah meninabobokan lantaran kita kurang bisa mengambil pelajaran berharga dari waktu. 

Terkadang kita lupa bahwa waktu tidak akan pernah kompromi, ia akan terus berjalan namun selalu menyapa disetiap detik, menit, jam, hari, pekan, bulan dan tahun. Ia tersenyum kala kita kembali menyapa dan mengisinya  dengan segudang aktivitas yang bermanfaat. Iapun bahagia saat ia selalu disanding dengan sejuta  asa dan optimisme tuk meraih mimpi, bahkan ia begitu bahagia karena merasa dihargai dan bermanfaat bagi manusia. Sebaliknya ia akan bersedih disaat orang sudah tidak lagi mempedulikannya, bahkan menyia-nyiakannya seolah kehadirannya tidak berarti apa-apa bagi manusia, padahal kehadirannya begitu penting sampai-sampai Allah bersumpah demi dia.

Membuka memori masa lalu dengan cerita indah dan membahagiakan adalah cara tuk membangkitkan semangat akan terwujudnya mimpi indah dimasa yang akan datang. Memori tentang kesedihan masa lalupun akan menjadi pelajaran penting bahwa Allah masih memberi peluang agar kita men-setting ulang tuk tidak jatuh kedua kali. Waktu mengajarkan kepada kita bagaimana hidup dengan misi yang akan memupuk keyakinan tuk meraih asa. 

Begitulah al-qur’an mengajarkan pada kita hingga seperenam dari keseluruhan ayat bercerita tentang sejarah masa lalu dari perjalanan anak manusia dari generasi ke generasi. Waktu mengingatkan kita pada visi hidup dan cara menjalaninya. Waktu juga membuka cakrawala berfikir kita bahwa setiap yang berawal akan berakhir. Sejarah mencatat kehidupan orang sukses dengan mampu memahami bagaimana mengawali hidup dan mengakhirinya.

Nabi Ibrohim AS menjalani waktu hidupnya dengan tetap menjaga misi hidupnya, dengan bermodal keyakinan bahwa hidup adalah kehendak sang Pencipta, sehingga api menjadi dingin, atau nabi Yunus AS yang tetap hidup dalam ikan paus, atau Nabi Sulaiman yang tetap pada pendiriannya tuk menjadi hamba yang bersyukur disaat kekayaannya tidak ada yang dapat menimpalinya. Semua berawal dari memahami waktu sebagai given tuk bisa menjadi hamba terbaik. 

Pepatah arab mengatakan “engkau dilahirkan dalam keadaan menangis, sementara orang disekitarmu tersenyum gembira, maka laluilah hidupmu dan akhiri hidupmu dengan senyuman, sementara orang disekitarmu menangis sedih karena merasa kehilangan karya-karya besarmu”.
Tataplah masa depan dengan senyuman yang menyertai keyakinan, dan jangan pernah kehilangan asa karena hidup tanpa asa tidak akan bertahan lama. Lakukan yang terbaik dan bermanfaat tuk makhluk karena memang itulah tugas kita yang sesungguhnya. 


Cikarang, 22  Januari 2015
HM. Adih Amin, Lc. MA

0 komentar:

Posting Komentar